KSATRIA

Ksatria bisa dipergunakan untuk menamakan kelompok menengah dalam strata sosial kerajaan, yang memiliki kemampuan beladiri, pandai menggunakan senjata dan berkewajiban menjaga raja, keluarganya, dan kerajaan serta membela negeri dari serangan musuh. Hidupnya total diabdikan untuk menjalankan kewajiban itu dengan resiko pengorbanan sampai mati.

itu Ksatria dikonotasikan jg sbg sifat-sifat tertentu yg biasanya melekat pada manusia. Sifat pengabdian total untuk membela negeri dan rakyat, ketegasan dan kepemimpinan, berani pantang menyerah saat menghadapi lawan sekaligus bertarung dengan etika dan harga diri. Ini muncul pada sikap Jendral Sudirman yg lebih memilih terus berjuang di hutan walau dalam kondisi sakit TBC . Dilain hal dalam peperangan Jenderal Sudirman juga selalu memperlakukan para tawanan dengan etika kemanusiaan.

Seorang Ksatria bisa ganas di medan perang sekaligus menaruh respek pada lawan yg seimbang. Hal ini dicontohkan oleh Sultan Shalahuddin Ayyubi saat menawarkan bantuan pengobatan kepada lawannya di perang Salib, raja Inggris si “Lion Heart” yg sedang sakit.

Sikap mengakui kesalahan dan berani bertanggung jawab atas kekalahan itu jg menjadi Sifat Ksatria. Hal ini dicontohkan oleh para Samurai Jepang, para prajurit Mataram yg gagal menaklukkan Batavia dan Yos Sudarso kapten kapal Macan Tutul yg memilih gugur tenggelam bersama kapal perangnya sebagai bentuk rasa pertanggungan jawabnya, saat bertempur melawan Belanda, atau ketegaran prajurit marinir Usman Harun menghadapi hukuman gantung Singapore sebagai resiko perjuanganya.

Seorang Ksatria berani menyongsong lawan berhadapan langsung, pantang berbuat licik dan pengecut. Ia adalah sifat Harimau bukan sifat dingo anjing hutan, hyena, Ular atau Babi hutan. Keberanian Harimau ini yg ditampilkan Diponegoro saat berani mendatangi lawan untuk perundingan,walau akhirnya dikhianati oleh kelicikan Belanda.

Tatkala perang dimenangkan dan musuh takluk, Ksatria akan menunjukkan jiwa besarnya dengan memberi ampunan dan perlindungan. Ksatria pantang menghinakan, menyiksa dan membunuh tawanan. Ksatria itu bersikap sopan dan tegas, tdk merendahkan dirinya dgn sikap kasar dan bengis.

Sifat Ksatria tergantung pd perilaku bkn tampilan, pangkat atau turunan. Hasil pola asuh, dan pendidikan bukan cetakan instan.

Negeri ini masih sangat membutuhkan banyak Ksatria di birokrasi Pemerintahan, di jajaran Aparat keamanan, di jajaran Kepala Daerah, di partai-partai , Ormas dan di para wakil rakyat pada Dewan Perwakilan.

#EST



Leave a Reply